Thursday, March 29, 2007
Sekarang tidur siang agaknya tidak sepopuler zaman dulu. Tidur siang bahkan terkesan memanjakan badan.

Orang pekerja keras bukan cuma menganggap tidak penting tidur siang, tapi terlebih dinilai buang-buang waktu saja. Betulkah tidur siang ada gunanya?

Seorang ayah mengeluh begini. "Dulu waktu kakek saya muda, berangkat kerja tidak terlalu pagi, dan sore hari sudah santai di rumah, masih sempat tidur siang. Sedang waktu saya muda, saya berangkat kerja pagi pulang sore, tak selalu sempat tidur siang, tapi di rumah sudah santai. Tapi angkatan anak saya sekarang, berangkat subuh pulang malam, sudah tidak pernah sempat tidur siang, masih bawa pulang kerjaan lembur di rumah pula..." Dan itulah agaknya gambaran rata-rata kehidupan stereotipik pekerja angkatan zaman sekarang.

Usia Lebih Panjang

*
Ingat tidur siang ingat toko-toko di kota-kota Jawa Tengah.

Hampir kebanyakan toko di sana tutup siang hari, dan buka lagi sore hari, tentu untuk jeda, mungkin juga untuk tidur siang. Dan itu berlangsung sampai sekarang. Yang seperti itu tidak terjadi di kota besar.

Saya mengamati, dari statistik tercatat, umur harapan hidup penduduk Jawa Tengah, Yogyakarta khususnya, lebih panjang dibanding orang Jakarta, Medan, atau Surabaya, yang bukan saja lupa tidur siang, bahkan tidur malam pun sering tak sempat.

Apakah itu memang yang menjadi penyebab umur harapan hidup orang kota besar tidak sepanjang orang-orang di kota kecil, yang masih tidak lupa waktu jeda, dengan perangai yang masih alon-alon waton klakon? Kita masih memerlukan kajian untuk itu.

Tapi mungkin juga benar begitu. Irama hidup rata-rata orang kota besar yang lebih bergegas banyak memompa adrenalin dalam darah, sehingga organ tubuh jadi bergiat terus. Otot-otot tangan tegang mengepal, lambung lebih masam, mata membelalak, dan jantung lebih sering terpacu, nyaris tanpa diselingi waktu jeda, alih-alih bisa tidur siang. Tubuh kekurangan waktu jeda, dan organ-organ semakin kekurangan waktu memulihkan diri. Sebagian besar sudah kerja keras membanting tulang sejak muda, masih terus dipacu bekerja kurang waktu jeda pula.

Sebaliknya orang-orang di kota kecil, selain irama hidupnya lebih waltz ketimbang rock, hormon stres adrenalin-nya hanya terkadang saja terpompa membanjir dalam aliran darah. Paling hanya di saat-saat tarif listrik naik, atau minyak tanah susah di pasaran, adrenalin pemicu stres itu melonjak. Selebihnya lebih banyak waktu tanpa jantung dan tensi harus menggelegak, dan itu bedanya mengapa rata-rata orang kota tidak bisa santai.

Ketegangan semacam itu yang bikin orang hidup dengan irama kota besar menjadi ringkih, dan bisa jadi rentan terkena "penyakit manajer", penyakit orang mapan yang hidupnya selalu bergegas dikejar waktu.

Lebih Lamban

*
Jangan abaikan tidur siang.

Tidur siang paling sedikit setengah jam, atau lebih bagus lagi bisa satu jam, terbukti meningkatkan produktivitas kerja, kesiapsiagaan tubuh, dan memulihkan mood, seperti diungkap Survey National Sleep Foundation, Washington DC baru-baru ini.

Lebih 60 persen orang dewasa di Amerika tidak tidur siang, dan mereka mengalami rasa mengantuk selama bekerja. Ongkos kehilangan produktivitas kerja yang harus dibayar akibat tidak tidur siang mencapai 18 milliar dolar AS setiap tahunnya.

Berbeda dengan di kebanyakan negara di Eropa, Spanyol khususnya, mereka rata-rata menyisihkan waktu untuk tidur siang. Banyak toko tutup siang hari barang beberapa jam, sebagaimana di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Dan ternyata ada manfaatnya.

Studi yang dilakukan oleh Circadian Technologies of Lexington, Mass. AS, membuktikan hasil yang sama dalam hal manfaat tidur siang. Namun mereka menyayangkan lebih separo perusahaan di AS yang tidak setuju karyawannya memperoleh tidur siang, bahkan menegur, atau memecatnya.

Studi Harvard membuktikan, dibanding pekerja yang diberi tidur siang sedikitnya setengah jam, para pekerja yang tidak tidur siang terbukti laju pekerjaannya lebih lamban dibanding yang mendapat tidur siang. Terlebih untuk jenis pekerjaan yang memerlukan konsentrasi.

Harus diakui bahwa tidur soal penting dalam kehidupan. Selama tidur semua fungsi organ tubuh cenderung melamban, pada saat itu sel dan jaringan yang aus dan rusak dipulihkan. Buat bisa mencapai panjang umur, durasi tidur harian seseorang ikut menentukan. Tubuh memerlukan kecukupan waktu tidur.

Orang yang cukup tidur, dan tidurnya teratur, serta betul-betul tidur, lebih besar kemungkinan umur panjang dibanding yang tidak cukup tidur. Masuk akal jika tidur siang juga memberi tambahan bonus itu.

Kalau Bisa Lelaplah Setengah Jam

*
Berbicara soal tidur, tentu tidak selalu sederhana urusannya untuk semua orang.

Ada orang yang tidak selalu mudah tidur kapan saja di mana saja. Insomnia sejak muda bukan kasus langka. Sungguh beruntung orang yang tanpa harus ketemu bantal saja bisa tidur, di mana saja, dan lelap pula.

Jadi memang secara teknis, tak selalu mungkin orang terkondisikan untuk selalu bisa tidur siang, terlebih di kantor, lantaran sudah pasti tak mungkin kalau harus pulang dulu hanya untuk tidur siang. Perlu dikondisikan agar semua karyawan bisa terlena sejenak di kantor.

Buat kelompok yang gampang tidur bisa memanfaatkan waktu sependek apa pun, mungkin ketika di ruang tunggu, di bus, atau di meja kerja sekalipun. Namun tidak demikian buat yang kalau tidur perlu suasana khusus, dan tidak bisa tidur kalau bukan di kamar sendiri.

Bukan karena lamanya tidur, tidur seseorang dikatakan berkualitas. Kualitas tidur ditentukan pula terlebih apakah kedalaman tidur tercapai. Orang cukup jeda tidur siang setengah jam jika sependek itu benar-benar penuh lelap tertidur. Artinya fase tidur REM (Rapid Eye Movement), sama bagus dan seimbangnya dengan fase tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement).

Tidur yang tanpa keseimbangan kedua fase tidur itu bukan tergolong tidur berkualitas. Kendati tidurnya lama, belum tentu orang merasa sudah cukup tidur. Sehabis bangun tidur, mungkin tidak merasa bugar. Artinya kualitas tidurnya memang rendah.

Jika kualitas tidur rendah, orang jadi uring-uringan selama masa terjaga, mudah tersinggung, nafsu makan menurun, konsentrasi terganggu, dan seks meningkat. Jika tidur siang pun tak berkualitas mungkin kurang ada manfaatnya.

Bagi anak-anak yang masih bertumbuh, mereka membutuhkan tidur siang lebih banyak dibanding orang dewasa. Tidur siang bagi anak-anak membantu memacu tinggi badan, oleh karena selama tidur (siang) pengeluaran hormon pertumbuhan (Growth Hormone) terpacu pula, sehingga anak berpeluang untuk bertambah tinggi. Sebaliknya anak yang main sepanjang hari tanpa tidur siang, umumnya tinggi badannya tidak bertumbuh mencapai puncak optimalnya.

Jangan heran kalau kebanyakan orang dewasa kota besar zaman sekarang, sosok karir, pekerja kantoran, juga ada kebiasaan tidak resmi bobo-bobo siang yang dilakukan sesudah makan siang atau dijuluki BAL (Bobo After Lunch). Namun tentu jenis tidur begini tidak boleh digolongkan sebagai tidur betulan, oleh karena memang cuma bobo-boboan, main bal-balan, entah dengan siapa, tak jelas di kamar mana dan punya siapa pula.
Baca Selengkapnya...
 
posted by Nio Rizki at 3:36 PM | 0 comments